KOGNISI SOSIAL
TugasIniDisusunUntukMemenuhiSyarat
Salah Satu Mata KuliahPsikologiSosial
DisusunOleh :
- Afrian Arry Nagoro
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
2019
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa selalu dihaturkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan
kebenaran di dunia maupun di akhirat kepada umat manusia.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepadaIbu Erna
Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si selaku dosen pengampu mata
kuliah Psikologi Sosial yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini, serta berbagai pihak dan sumber yang telah membantu.
Kami sangat menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat,
maupun isi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun
makalah menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga
makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat
bagi orang banyak.
Wassalammualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Ciputat,
Oktoberr 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………….…………………………….……
KATA PENGANTAR
……...……….……...……..………………………………………………1
DAFTAR ISI ………………………………...…………………………...…………………….. ..2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
……………………….………………..……..………………...…………3
1.2 Rumusan Masalah
…………………………………….…..…………………...………….3
1.3 Tujuan Makalah…………………………………………………….……………………..3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 . Pengertian Kognisi…………………...…………………………………………………....4
2.2.Skema…..….…………………..………………………………………………….…..........2.2.1 Pengertian
Skema……………………………………………………………………5
2.2.2 Jenis-jenis Skema……………………………………………………………………5
2.2.3 Pengaruh Skema terhadap Kognisi Sosial…….……………………………………..6
2.2.4Efek Skema………………………………………………………………………….7
2.3 Heuristik dan Pemrosesan
Otomatis……………………………………………………...…
2.3.1 Pengertian Heuristik…………………………………………………………………7
2.3.2 Macam-macam Heuristik……………………………………………………………8
2.4 Kesalahan-kesalahan
dalam Kognisi Sosial.........................................................................8
2.5 Afek dan Kognisi
Sosial…………………………………………………………………….
2.5.1 Pengaruh Afek
pada Kognisi……………………………………………………….12
2.5.2 Efek
Suasana Hati terhadap Kognisi………………………………………………..12
2.5.3
Pengaruh Kogintif terhadap Afeksi………………………………………………...13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
………….…………………………...………………………………........15
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berpikir tentang orang lain dan dunia sosial secara umum merupakan salah
satu tugas besar di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Kita seringkali ingen
memahami orang lain dengan mengenali sifat-sifat utamanya, memahami motif-motif
besarnya, dan merasakan perasaannya. Pada saat yang sama, kita juga
memanfaatkan banyak waktu untuk memikirkan diri kita, mencoba menyelami watak
perasaan, sifat atau motif kita, dan membandingkan keadaan diri kita yang
sekarang dengan versi lain yang kita bayangkan. Kita terlibat oleh pemikiran
semacam itu karena banyak alasan. Kita memikirkan orang lain karena kita harus
mengambil beberapa keputusan tentang mereka, apakah kita harus menyukai atau
bahkan membenci mereka, apakah mereka dapat mengertajan tugas dengan baik atau
tidak, mereka mengatakan kebenaran atau kebohongan, apakah mereka cocok untuk
peran atau tugas tertentu atau tidak, dan apakah mereka memiliki karakter yang
baik atau bahkan buruk. Dan jawaban-jawaban yang membangkitkan kita untuk tau
lebih jauh tentang hal itu akan kita dapatkan dalam suatu bidang penting dalam
kajian psikologi sosial yang dikenal dengan istilah kognisi atau pikiran
sosial.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kognisi sosial?
2.
Apa yang dimaksud dengan skema, skema
sebagai organizer kognitif, jenis-jenisnya, pengaruh skema dalam kognisi
sosial, serta efek dari skema?
3.
Apa yang dimaksud dengan heuristic dan apa
saja macam-macamnya?
4.
Apa saja yang termasuk ke dalam
kesalahan-kesalahan dalam kognisi sosial?
5.
Bagaimana hubungan antara afek dan kognisi
sosial?
1.3
Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini untuk mengetahui tentang pembahasan salah satu bab
dalam Psikologi Sosial, yakni Kognisi Sosial.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kognisi Sosial
Kognisi sosial adalah studi tentang bagaimana orang menarik kesimpulan
atau inferensi dari informasi sosial yang ada di lingkungan. Riset tentang
kognisi sosial membahas tentang bagaimana orang membuat penilaian sosial
tentang individu atau kelompok sosial lain tentang peran sosial, dan tentang
pengalaman mereka sendiri dalam setting sosial.[1]
Menurut Baron dan Byrne, kognisi sosial adalah tata cara kita dalam
menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang
dunia sosial. Adapun menurut Lackie,
kognisi sosial adalah berpikir tentang kenyataan sosial. Dan menurut Gerris
dkk, yang mengemukakan bahwa kognisi sosial berarti pengertian akan
tingkah laku orang lain.
Dalam
menganalisa peristiwa, terdapat tiga proses yaitu.
a.
Attention, proses pertama kali dimana individu
memperhatikan gejala-gejala sosial yang ada di sekelilingnya.
b.
Enconding, memasukkan apa yang diperhatikan ke dalam
memori dan menyimpannya.
c.
Retrieval, apabila kita menemukan gejala yang mirip,
kita akan mengeluarkan ingatan kita dan membandingkan, apabila ternyata sama
maka kita akan mengatakan sesuatu mengenai gejala tersebut atau mengeluarkannya
disaat akan menceritakan peristiwa yang dialami.
Kognisi sosial merupakan suatu wilayah teori dan penelitian dalam bidang
psikologi sosial yang memfokuskan pembahasannya pada mediasi kognitif fenomena
psikologi sosial. Dalam kaitannya dengan itu, kognisi sosial berupaya memahami
penilaian sosial dan perilaku sosial dengan meneliti gambaran dan proses mental
yang berlangsung. Maka, berdasarkan definisi tersebut, kognisi sosial memiliki
kaitan yang kuat dengan studi mengenai perhatian, persepsi, memori, dan wilayah
kajian terkait dalam bidang psikologi kognitif, psikologi perkembangan, dan
psikologi klinis.[2]
2.2
Skema
2.2.1 Pengertian Skema
Dalam kognisi sosial, dikeal istilah skema yang merupakan semacam
kerangka atau gambaran yang membantu individu dalam mengorganisasikan
informasi-informasi atau suatu fenomena yang diperhatikan individu. Skema
berisi pengetahuan tentang konsep atau stimulus, relasi antar berbagai
pengalaman tentang konsep itu, dan contoh-contoh spesifiknya (Fiske &
Taylor, 1991).[3]
Skema dibentuk oleh budaya dimana tempat kita tinggal, dan begitu terbentuk,
skema dapat berpengaruh pada beberapa aspek kognisi sosial sehingga juga akan
mempengaruhi perilaku sosial kita.
Skema dapat berupa skema tentang orang tertentu, peran sosial, atau diri
sendiri, sikap terhadap objek tertentu, stereotip tentang kelompok tertentu,
atau persepsi tentang kejadian umum. Skema dengan kejadian yang sangat umum
dinamakan script (Abelson, 1976). Script adalah urutan standar
dari suatu perilaku selama satu periode waktu tertentu. Contohnya, skema
restoran. Kita juga bisa membuatscript
yang sama untuk sederetan peristiwa, seperti memandikan bayi, mengikuti ujian
akhir, atau bahkan bermain basket. Esensi dari script adalah konteks
waktunya, aliran kausalnya (satu kejadian menimpulkan kejadian yang lain), dan
kesederhanaan dan koherensinya.
Skema dan script adalah penting karena orang mengandalkannya
untuk menginterpretasikan lingkungan .setiap kali kita berhadapan dengan
situasi baru, kita tidak coba memahaminya dari sudut pandang baru, tetapi kita
mengandalkan pengetahuan yang telah kita punya. Dalam hal ini, skema membantu kita
untuk memperoses informasi.
2.2.2 Jenis-jenis
Skema
a.
Self Schemas
Self Schemas, berisi informasi tentang karakteristik
yang dimiliki diri sendiri.Self schemasini menurut Nasby (1989)
berfungsi (a) mengorganisasikan ingatan-ingatan yang abstrak dan konkrit
tentang diri sendiri, (b) mengendalikan pemrosesan informasi yang relevan atau
berkaitan dengan diri.
b.
Person Schemas
Person Schemas, berisikan informasi tentang tipikal orang,
dan bermanfaat untuk mengkategorisasikan orang lain.
c.
Skema Peran (Role Schemas)
Skema Peran (Role Schemas),, yaitu
skema yang berisi konsep tentang norma-norma dan perilaku yang cocok atau
pantas bagi orang-orang tertentu dari berbagai kategori sosial atau
posisi/status (missal, ras, gender, usia, pekerjaan, dan sebagainya).
d.
Skema Kejadian atau Naskah (Event
Schemas or Scripts)
Skema Kejadian atau Naskah (Event
Schemas or Scripts), berisi tentang tipe urutan kejadian atau situasi
sosial (suatu pesta, pertandingan sepak bola, wawancara pekerjaan). Skema ini
akan membantu kita dalam mengingat dan memahami beberapa kejadian (Brigham,
1991).[4]
2.2.3Pengaruh
Skema terhadap Kognisi Sosial
Skema menimbulan efek yang kuat pada tiga proses dasar, yakni perhatian (attention),
pengkodean (encoding), dan mengingat kembali (retrieval).
a.
Perhatian (attention)
Perhatian proses yang pertama kali terjadi, dimana individu memperhatikan grjala-gejala sosial yang ada
di sekelilingnya. Skema berperan sebagai penyaring, informasi yang konsisten
dengan skema lebih diperhatikan lebih masuk ke kesadaran. Informasi yang tidak
cocok dengan skema kita cenderung diabaikan,
b.
Pengkodean (encoding)
Pengkodean adalah informasi yang dimasukkan ke dalam ingatan kita, bahwa
informasi yang menjadi fokus perhatian kita lebih mungkin untuk disimpan dalam
ingatan jangka panjang. Informasi yang sesuai dengan skema kita yang akan
dikodekan. Apabila terdapat informasi yang tidak sesuai dengan skema namun
dianggap penting, maka akan dikodekan dalam ingatan yang lokasinya terpisah
(dilebel unik).
c.
Mengingat kembali (retrieval)
Informasi yang paling konsisten adalah informasi yang konsisten dengan
skema kita. Orang cenderung mengingat informasi dan menggunakan informasi yang
konsisten dengan skema dibandingkan informasi yang tidak konsisten.
2.2.4 Efek Skema
a.
Skema memiliki efek bertahan (persevereanc
effect)
Skema memiliki efek bertahan (persevereanc
effect), yakni kecenderungan atas keyakinan dan skema untuk bertahan tidak
berubah meskipun dihadapkan pada informasi yang bertolak belakang. Misalnya,
stereotyping pada kelompok sosial tertentu. Contoh: orang-orang Sumatra keras
dan kasar, padahal tidak semua orang-orang Sumatra seperti itu, tetapi tetap
saja beranggapan demikian.
b.
Skema bisa memberi efek pemenuhan harapan
diri (self-fulfilling prophecy)
Skema bisa memberi efek pemenuhan harapan
diri (self-fulfilling prophecy),yakni bagaimana keyakinan membentuk
realita. Ramalan yang membuat ramalah itu sendiri benar-benar terjadi. Contoh:
penelitian Rosenthal dan Jacobson. Pada awalnya, guru diberitahu bahwa
murid-muridnya memiliki IQ yang tinggi dan akan berkembang pesat secara
akademik. Akhirnya guru memberi tugas-tugas yang lebih menantang, banyak
memberikan umpan balik, guru bertindak dengan cara yang menguntungkan siswa,
dan akhirnya siswa benar-benar menjadi seperti yang diharapkan.
2.3 Heuristik dan Pemrosesan
Otomatis
2.3.1 Pengertian Heuristik
Heuristik
adalah aturan sederhana dalam membuat keputusan atau menyusun kesimpulan
dalam waktu cepat dan tanpa usaha yang berarti. . Heuristik lebih pada sekedar
kemudahan berpikir subjektif di mana informasi yang relevanlah yang langsung
teringat.
2.3.2 Macam-macam Heuristik
Dalam dunia psikologi terdapat dua macam heuristic, yaitu:
a.
Ketersediaan (availability heuristic)
Kecenderungan
orang untuk mendasarkan penilaian mereka pada informasi yang sudah tersedia
untuk mereka. Hal ini berarti,
semakin mudah informasi ditangkap dan diingat, maka semakin besar pengaruhnya
bagi seseorang untuk mengambil keputusan.
Contoh : Banyak orang merasa lebih takut tewas kecelakaan pesawat daripada
kecelakaan di darat. Hal ini karena fakta bahwa kecelakaan pesawat jauh lebih
dramatis dan menyedot lebih banyak perhatian media. Akibatnya, kecelakaan
pesawat lebih mudah terpikir sehingga berpengaruh lebih kuat dalam penilaian
individu.
b.
Keterwakilan (representative heuristic)
Kecenderungan
orang yang menilai suatu kejadian dengan mencocokkannya pada kejadian yang
sebelumnya ada. Maka heuristic keterwakilan adalah sebuah strategi untuk membuat
penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau peristiwa tersebut
mempunyai kemiripan dengan stimuli atau kategori yang lain. Dengan kata lain,
kita menilai berdasarkan: semakin mirip seseorang dengan ciri-ciri khas
orang-orang dari suatu kelompok, semakin mungkin ia merupakan bagian dari
kelompok tersebut.
Contoh :Jika melihat seseorang
berpenampilan rapi, menggunakan sorban, berbaju koko dan berbicara santun. Maka
kita akan berpikiran bahwa individu tersebut adalah guru ngaji/ustad.
2.4
Kesalahan-kesalahan dalam Kognisi Sosial
a.
Bias
Negativitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan informasi negative akan
menonjol dalam ingatan kita dan karenanya debandingkan dengan informasi yang
positif, satu informasi yang negative akan memberikan pengaruh yang lebih kuat.
Hal inilah yang disebut sebagai bias negativitas (negativity bias) yaitu hal
yang mengacu pada fakta bahwa kita menunjukkan sensitivitas yang lebih besar
pada informasi negatif daripada informasi positif (Kunda, 1999 dalam Baron
& Byrne, 2004:91). Sebagai contoh ketika sedang tertarik dengan seseorang,
maka Anda memperoleh informasi bahwa orang tersebut menyenangkan, baik, pintar,
ramah, sangat menarik secara fisik dan seterusnya. Namun ada satu
informasi negatif yaitu bahwa dia sangat pemilih dalam berteman. Maka
kemungkinan informasi inilah yang melekat dalam ingatan, membayangkan betapa
orang tersebut sombong, hanya mau berteman dengan orang kaya, dan lain-lainnya.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Hal ini dapat dipahami dan perspektif evolusi
bahwa kita memiliki sensitivitas terhadap perubahan di lingkungan sekitar kita
yang dapat mengancam keselamatan atau kesejahteraan kita, sehingga kita
memberikan respons yang cepat terhadap hal ini. Misalnya kemampuan mengenali
ekspresi wajah orang lain, dimana kita cepat mendeteksi ekspresi wajah yang
negative (misalnya yang menunjukkan kemarahan dan permusuhan) daripada ekspresi
wajah yang positif (misalnya yang menunjukkan keramahan).
b.
Bias Optimistik (Optimistic Bias)
Bias optimistik adalah predisposisi kita untuk mengharapkan agar segala
sesuatu berjalan dengan baik (Baron&Byrne, 2004:93). Sebagai contohnya
kebanyakan orang percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar
dari orang lain untuk mengalami peristiwa yang positif dan kemungkinan yang
lebih kecil untuk mengalami .peristiwa negatif. Misalnya kebanyakan orang
percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar dari orang lain
untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, memiliki keluarga yang bahagia, hidup
hingga usia tua dan seterusnya. Di sisi lain terdapat hal yang disebut sebagai
kesalahan perencanaan (planning fallacy) yaitu kecenderungan untuk membuat
prediksi optimistik berkaitan dengan berapa lama waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu tugas, kecenderungan kita untuk percaya bahwa kita dapat
melakukan lebih banyak hal atau pekerjaan, dalam satu periode waktu daripada
yang sebenarnya bisa kita lakukan. Misalnya kita seringkali merasa dapat
menyelesaikan tugas-tugas dan beberapa mata kuliah dalam waktu satu minggu,
sehingga kita menunda penyelesaian tugas ketika waktunya masih lebih dari seminggu.
Ternyata tugas-tugas tersebut tidak dapat selesai dalam waktu seminggu dan kita
tidak mengantisipasi kalau misalnya buku-buku untuk penyelesaian tugas tidak
bisa kita peroleh, komputer kita mengalami kerusakan, printer kita tidak
berfungsi, dan seterusnya. Akibatnya tugas tidak terselesaikan dan kita
memperoleh nilai yang kurang baik di mata kuliah tersebut.
c.
Pemikiran Konterfaktual (Counterfactual
Thinking)
Pemikiran tentang apa yang akan terjadi seandainya-dikenal dalam
psikologi sosial sebagai pemikiran konterfaktual (counterfactual thinking)-
muncul dalam berbagai situasi, tidak hanya pada situasi yang mengecewakan.
Pemikiran konterfaktual adalah kecenderungan untuk membayangkan hasil yang lain
daripada yang sesungguhnya terjadi dalam suatu situasi- berpikir tentang
"apa yang terjadi seandainya...". Misalnya kita sakit flu, padahal
seharusnya ada banyak tugas yang hams kita kerjakan, ada acara reuni dengan
teman, menonton sepakbola dengan teman-teman, dan seterusnya. Maka kita akan berpikir
"seandainya tidak sakit flu maka saya bisa menyelesaikan seluruh tugas,
menghadiri acara reuni yang menyenangkan dan menonton acara sepakbola yang sera
bersama teman-teman". Kemudian karena pengalaman ini kita menjadi lebih
menjaga kesehatan kita di kemudian hari dengan menjaga pola makan, beristirahat
yang cukup, dan lain-lain supaya tidak gampang sakit.
Berpikir dengan meninjau kembali bisa melibatkan bayangan mengenai
kemungkinan yang lebih baik (upward counterfactuals) atau kemungkinan yang
lebih buruk (downward counterfactuals). Misalnya kita mengalami kecelakaan
namun lukanya tidak terlalu parah meskipun mobil kita rusak berat. Maka kita
membayangkan seandainya kita tidak beruntung, mungkin saja luka kita lebih
parah atau terjadi hal terburuk lainnya.
d.
Pemikiran Magis (Magical Thinking)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai manusia kita cukup rentan
terhadap pemikiran magis (magical thinking). Pemikiran seperti itu menimbulkan
asumsi yang tidak berpegang pada rasionalitas namun terasa kuat pengaruhnya. Pemikiran
magis adalah berpikir dengan melibatkan asumsi yang tidak berdasarkan alasan
yang rasional, misalnya keyakinan bahwa sesuatu yang mirip satu sama lainnya
berasal dan sumber yang sama (Rozin & Nemeroff, 1990 dalam Baron &
Byrne, 2004:99-100). Salah satu prinsip dalam pemikiran magis adalah hukum
penularan (law of contagion) yang menyatakan bahwa ketika dua obyek
bersentuhan, masing-masing memberikan miliknya, dan pengaruh sentuhan tersebut
terasa jauh lebih lama walaupun prosesnya telah lama berakhir.
e.
Menekan Pikiran (Thought Suppression)
Pada waktu tertentu, setiap orang pemah mencoba untuk menekan pikiran
tertentu untuk mencegahnya masuk dalam kesadaran. Misalnya orang yang sedang
diet mungkin mencoba menghindari berbagai pikiran tentang makanan lezat, orang
yang sedang ingin berhenti merokok menghindari pikiran tentang kenikmatan
merokok, dan sebagainya. Hal ini disebut sebagai menekan pikiran (thought
suppression) yaitu usaha untuk mencegah pikiran tertentu memasuki alam
kesadaran. Menurut Daniel Wegner (dalam Baron & Byrne, 2004:100-102)
usaha-usaha untuk menyimpan pikiran tertentu di luar kesadaranmelibatkan dua
komponen. Pertama adanya sebuah proses pemantauan yang otomatis mencari
tanda-tanda adanya pemikiran yang tidak diinginkan yang memaksa untuk muncul ke
alam kesadarannya. Ketika proses tersebut terdeteksi oleh proses pertama, maka
proses kedua yang menuntut lebih banyak usaha dan tidak seotomatis proses
pertama (lebih terkontrol), mulai bekerja. Secara umum orang menekan pikiran
guna mempengaruhi pikiran dan perilaku mereka sendiri. Contohnya, jika kita
tidak ingin merasa marah, yang terbaik adalah tidak berpikir tentang peristiwa
yang menyebabkan kita merasa marah kepada orang lain
2.5
Afek dan Kognisi Sosial
Bahwa perasaan
membentuk atau mempengaruhi fikiran dan fikiran akan membentuk perasaan. Begitu
pula dengan perasaan dan suasana hati, memiliki pengaruh yang kuat terhadap
beberapa aspek kognisi ataupun sebaliknya. Suasana hati saat ini dapat secara
kuat mempengaruhi reaksi kita terhadap rangsang yang pertama kali kita temui.
Contoh : ketika suasana hati sedang bergembira, dan berkenalan dengan orang
lain, penilaian kita terhadap orang tersebut akan lebih baik dibanding ketika
kita berkenalan dengan suasana hati yang sedang bersedih.
Kognisi juga
dapat mempengaruhi afeksi. Seperti yang dijelaskan dalam teori dua fator
(Schater : 1964) yang menjelaskan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan
atau sikap kita sendiri. Sehingga kita menyimpulkannya dari lingkungan. Dari
situasi dimana kita mengalami reaksi internal ini. Contoh: ketika kita
mengalami perasaan tertentu atas kehadiran seseorang yang menarik, kita
menyimpulkan bahwa kita sedang jatuh cinta. Selain itu, kognisi bisa
mempengaruhi emosi melalui aktivitas skema yang di dalamnya terdapat komponen
afektif yang kuat. Selain itu, fikiran bisa mempengaruhi afeksi yang melibatkan
kita dalam mengatur emosi kita.
2.5.1 Pengaruh Afek pada Kognisi
a.
Afeksi
mempengaruhi persepsi terhadap peristiwa
yang ambigu. Misal dalam suatu wawancara, dalam afeksi positif orang akan
memberikan nilai lebih tinggi
b.
Mood
positif membuat orang menjadi lebih kreatif.
c.
Afeksi
baik positif maupun negatif akan mempengaruhi memori.
1)
Mood-dependent
memory (Suasana
hati)
Mood-dependent memory (Suasana
hati), yaitu apa yang kita ingat saat
berada dalam suasana hati tertentu, sebagian besar ditentukan oleh apa yang
kita pelajari sebelumnya ketika kita berada dalam suasana hati tersebut.
2)
Mood-congruence
effects (Efek
kesesuaian suasana hati)
3)
Mood-congruence
effects (Efek
kesesuaian suasana hati)
Mood-congruence effects (Efek
kesesuaian suasana hati), yaitu
kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif ketika berada
dalam suasana hati positif dan informasi negattif ketika berada dalam suasana
hati yang negative.
2.5.2 Efek Suasana Hati terhadap Kognisi
1)
Penelitian
Alice Isen (1970): Partisipan (guru) yang diberitahu bahwa mereka mengerjakan tugas
dengan sangat baik (mood positif) menunjukkan perilaku menolong lebih tinggi
(memberi sumbangan) daripada partisipan yang
diberitahu bahwa mereka mengerjakan tugas dengan
sangat buruk.
2)
Baron
(1997a) baru harum di pusat perbelanjaan meningkatkan kesediaan untuk membantu
orang yang tidak dikenal.
2.5.3 Pengaruh
Kogintif terhadap
Afeksi
a.
Reaksi internal
(perasaan) yang bersifat meragukan perlu dilengkapi dengan mencari informasi
eksternal.
b.
Orang itu
memiliki skema yang akan mempengaruhi afeksi kita. Apa yang ada dalam pikiran
kita mempengaruhi perasaan kita.
c.
Interpretasi dan
penilaian terhadap suatu kejadian akan menentukan perasaan kita. Misal:
laki-laki ditabrak perempuan cantik, akan berbeda jika yang menabrak sama-sama
laki-laki.
d.
Karena kita
memiliki harapan tertentu. Misal membeli tiket, mencari daftar nama penumpang
di sebelahnya, ada nama menarik timbul perasaan senang
e.
Karena faktor
situasi. Ada situasi tertentu yang dapat menekan pikiran tertentu sehingga
seseorang mempunyai perasaan tertentu pula. Misal dalam situasi berkabung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kognisi sosial adalah studi tentang bagaimana orang menarik kesimpulan
atau inferensi dari informasi sosial yang ada di lingkungan. Riset tentang
kognisi sosial membahas tentang bagaimana orang membuat penilaian sosial
tentang individu atau kelompok sosial lain tentang peran sosial, dan tentang
pengalaman mereka sendiri dalam setting sosial.Menurut Baron dan Byrne,
kognisi sosial adalah tata cara kita dalam menginterpretasi, menganalisa,
mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia sosial.Dalam menganalisa
peristiwa, terdapat tiga proses yaitu.Attention, Enconding, Retrieval.
Terdapat beberapa bahasan dalam Kognisi Sosial, diantaranya yakni, Skema,
Heuristik dan pemrosesan otomatis, kesalahan-kesalahan dalam Kognisi sosial,
serta afek dan kognisi.
DAFTAR PUSTAKA
Taylor, Shelley E. Letitia Anne Peplau dan
David O Sears.2009. Psikologi sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Luthfi,Ikhwan. Gazi Saloom dan Hamdan Yasun.
2009.Psikologi Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Dayakisni, Tri dan Hunadiah.Psikologi
Sosial. 2009. Malang: UMM Press.
https://www.slideshare.net/potpotyazamhuri/kognisi-sosial-dalam-psikologi-sosialdiakses pada 11 Oktober 2019 pukul 21.05
http://sumberilmupsikologi.blogspot.com/2015/08/kognisi-sosial-berfikir-tentang-dunia_2.htmldiakses pada 11 Oktober pukul 21.43
https://dosenpsikologi.com/contoh-heuristik-dalam-psikologi diakses pada 12 Oktober pukul 09.22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar