Selasa, 01 Oktober 2019

MAKALAH KOGNISI SOSIAL

KOGNISI SOSIAL
TugasIniDisusunUntukMemenuhiSyarat Salah Satu Mata KuliahPsikologiSosial




DisusunOleh :

- Afrian Arry Nagoro

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
2019



KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa selalu dihaturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia maupun di akhirat kepada umat manusia.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepadaIbu Erna Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sosial yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini, serta berbagai pihak dan sumber yang telah membantu.
Kami sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat, maupun isi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun makalah menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat bagi orang banyak.
Wassalammualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Ciputat, Oktoberr 2019


                                                                                                           
                                                                                               Penyusun
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………….…………………………….……
KATA PENGANTAR ……...……….……...……..………………………………………………1
DAFTAR ISI ………………………………...…………………………...…………………….. ..2
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ……………………….………………..……..………………...…………3
1.2  Rumusan Masalah ……………………………………...…………………...………….3
1.3  Tujuan Makalah…………………………………………………….……………………..3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 . Pengertian Kognisi…………………...…………………………………………………....4
2.2.Skema…..….…………………..………………………………………………….…..........2.2.1 Pengertian Skema……………………………………………………………………5
2.2.2 Jenis-jenis Skema……………………………………………………………………5
2.2.3 Pengaruh Skema terhadap Kognisi Sosial…….……………………………………..6
2.2.4Efek Skema………………………………………………………………………….7
2.3  Heuristik dan Pemrosesan Otomatis……………………………………………………...…
2.3.1 Pengertian Heuristik…………………………………………………………………7
2.3.2 Macam-macam Heuristik……………………………………………………………8
2.4  Kesalahan-kesalahan dalam Kognisi Sosial.........................................................................8
2.5  Afek dan Kognisi Sosial…………………………………………………………………….
2.5.1 Pengaruh Afek pada Kognisi……………………………………………………….12
2.5.2 Efek Suasana Hati terhadap Kognisi………………………………………………..12
2.5.3 Pengaruh Kogintif terhadap Afeksi………………………………………………...13
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ………….…………………………...………………………………........15


BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Berpikir tentang orang lain dan dunia sosial secara umum merupakan salah satu tugas besar di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Kita seringkali ingen memahami orang lain dengan mengenali sifat-sifat utamanya, memahami motif-motif besarnya, dan merasakan perasaannya. Pada saat yang sama, kita juga memanfaatkan banyak waktu untuk memikirkan diri kita, mencoba menyelami watak perasaan, sifat atau motif kita, dan membandingkan keadaan diri kita yang sekarang dengan versi lain yang kita bayangkan. Kita terlibat oleh pemikiran semacam itu karena banyak alasan. Kita memikirkan orang lain karena kita harus mengambil beberapa keputusan tentang mereka, apakah kita harus menyukai atau bahkan membenci mereka, apakah mereka dapat mengertajan tugas dengan baik atau tidak, mereka mengatakan kebenaran atau kebohongan, apakah mereka cocok untuk peran atau tugas tertentu atau tidak, dan apakah mereka memiliki karakter yang baik atau bahkan buruk. Dan jawaban-jawaban yang membangkitkan kita untuk tau lebih jauh tentang hal itu akan kita dapatkan dalam suatu bidang penting dalam kajian psikologi sosial yang dikenal dengan istilah kognisi atau pikiran sosial.
1.2        Rumusan Masalah

1.            Apa yang dimaksud dengan kognisi sosial?
2.            Apa yang dimaksud dengan skema, skema sebagai organizer kognitif, jenis-jenisnya, pengaruh skema dalam kognisi sosial, serta efek dari skema?
3.            Apa yang dimaksud dengan heuristic dan apa saja macam-macamnya?
4.            Apa saja yang termasuk ke dalam kesalahan-kesalahan dalam kognisi sosial?
5.            Bagaimana hubungan antara afek dan kognisi sosial?

1.3        Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini untuk mengetahui tentang pembahasan salah satu bab dalam Psikologi Sosial, yakni Kognisi Sosial.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1        Pengertian Kognisi Sosial
Kognisi sosial adalah studi tentang bagaimana orang menarik kesimpulan atau inferensi dari informasi sosial yang ada di lingkungan. Riset tentang kognisi sosial membahas tentang bagaimana orang membuat penilaian sosial tentang individu atau kelompok sosial lain tentang peran sosial, dan tentang pengalaman mereka sendiri dalam setting sosial.[1]
Menurut Baron dan Byrne, kognisi sosial adalah tata cara kita dalam menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Adapun menurut Lackie, kognisi sosial adalah berpikir tentang kenyataan sosial. Dan menurut Gerris dkk, yang mengemukakan bahwa kognisi sosial berarti pengertian akan tingkah laku orang lain.
Dalam menganalisa peristiwa, terdapat tiga proses yaitu.
a.             Attention, proses pertama kali dimana individu memperhatikan gejala-gejala sosial yang ada di sekelilingnya.
b.            Enconding, memasukkan apa yang diperhatikan ke dalam memori dan menyimpannya.
c.             Retrieval, apabila kita menemukan gejala yang mirip, kita akan mengeluarkan ingatan kita dan membandingkan, apabila ternyata sama maka kita akan mengatakan sesuatu mengenai gejala tersebut atau mengeluarkannya disaat akan menceritakan peristiwa yang dialami.
Kognisi sosial merupakan suatu wilayah teori dan penelitian dalam bidang psikologi sosial yang memfokuskan pembahasannya pada mediasi kognitif fenomena psikologi sosial. Dalam kaitannya dengan itu, kognisi sosial berupaya memahami penilaian sosial dan perilaku sosial dengan meneliti gambaran dan proses mental yang berlangsung. Maka, berdasarkan definisi tersebut, kognisi sosial memiliki kaitan yang kuat dengan studi mengenai perhatian, persepsi, memori, dan wilayah kajian terkait dalam bidang psikologi kognitif, psikologi perkembangan, dan psikologi klinis.[2]
2.2        Skema
2.2.1 Pengertian Skema
Dalam kognisi sosial, dikeal istilah skema yang merupakan semacam kerangka atau gambaran yang membantu individu dalam mengorganisasikan informasi-informasi atau suatu fenomena yang diperhatikan individu. Skema berisi pengetahuan tentang konsep atau stimulus, relasi antar berbagai pengalaman tentang konsep itu, dan contoh-contoh spesifiknya (Fiske & Taylor, 1991).[3] Skema dibentuk oleh budaya dimana tempat kita tinggal, dan begitu terbentuk, skema dapat berpengaruh pada beberapa aspek kognisi sosial sehingga juga akan mempengaruhi perilaku sosial kita.
Skema dapat berupa skema tentang orang tertentu, peran sosial, atau diri sendiri, sikap terhadap objek tertentu, stereotip tentang kelompok tertentu, atau persepsi tentang kejadian umum. Skema dengan kejadian yang sangat umum dinamakan script (Abelson, 1976). Script adalah urutan standar dari suatu perilaku selama satu periode waktu tertentu. Contohnya, skema restoran. Kita juga bisa  membuatscript yang sama untuk sederetan peristiwa, seperti memandikan bayi, mengikuti ujian akhir, atau bahkan bermain basket. Esensi dari script adalah konteks waktunya, aliran kausalnya (satu kejadian menimpulkan kejadian yang lain), dan kesederhanaan dan koherensinya.
Skema dan script adalah penting karena orang mengandalkannya untuk menginterpretasikan lingkungan .setiap kali kita berhadapan dengan situasi baru, kita tidak coba memahaminya dari sudut pandang baru, tetapi kita mengandalkan pengetahuan yang telah kita punya. Dalam hal ini, skema membantu kita untuk memperoses informasi.
2.2.2 Jenis-jenis Skema
a.             Self Schemas
Self Schemas, berisi informasi tentang karakteristik yang dimiliki diri sendiri.Self schemasini menurut Nasby (1989) berfungsi (a) mengorganisasikan ingatan-ingatan yang abstrak dan konkrit tentang diri sendiri, (b) mengendalikan pemrosesan informasi yang relevan atau berkaitan dengan diri.
b.            Person Schemas
Person Schemas, berisikan informasi tentang tipikal orang, dan bermanfaat untuk mengkategorisasikan orang lain.
c.             Skema Peran (Role Schemas)
Skema Peran (Role Schemas),, yaitu skema yang berisi konsep tentang norma-norma dan perilaku yang cocok atau pantas bagi orang-orang tertentu dari berbagai kategori sosial atau posisi/status (missal, ras, gender, usia, pekerjaan, dan sebagainya).
d.            Skema Kejadian atau Naskah (Event Schemas or Scripts)
Skema Kejadian atau Naskah (Event Schemas or Scripts), berisi tentang tipe urutan kejadian atau situasi sosial (suatu pesta, pertandingan sepak bola, wawancara pekerjaan). Skema ini akan membantu kita dalam mengingat dan memahami beberapa kejadian (Brigham, 1991).[4]
2.2.3Pengaruh Skema terhadap Kognisi Sosial
Skema menimbulan efek yang kuat pada tiga proses dasar, yakni perhatian (attention), pengkodean (encoding), dan mengingat kembali (retrieval).
a.             Perhatian (attention)
Perhatian proses yang pertama kali terjadi, dimana individu  memperhatikan grjala-gejala sosial yang ada di sekelilingnya. Skema berperan sebagai penyaring, informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan lebih masuk ke kesadaran. Informasi yang tidak cocok dengan skema kita cenderung diabaikan,
b.            Pengkodean (encoding)
Pengkodean adalah informasi yang dimasukkan ke dalam ingatan kita, bahwa informasi yang menjadi fokus perhatian kita lebih mungkin untuk disimpan dalam ingatan jangka panjang. Informasi yang sesuai dengan skema kita yang akan dikodekan. Apabila terdapat informasi yang tidak sesuai dengan skema namun dianggap penting, maka akan dikodekan dalam ingatan yang lokasinya terpisah (dilebel unik).
c.             Mengingat kembali (retrieval)
Informasi yang paling konsisten adalah informasi yang konsisten dengan skema kita. Orang cenderung mengingat informasi dan menggunakan informasi yang konsisten dengan skema dibandingkan informasi yang tidak konsisten.
2.2.4 Efek Skema
a.             Skema memiliki efek bertahan (persevereanc effect)
Skema memiliki efek bertahan (persevereanc effect), yakni kecenderungan atas keyakinan dan skema untuk bertahan tidak berubah meskipun dihadapkan pada informasi yang bertolak belakang. Misalnya, stereotyping pada kelompok sosial tertentu. Contoh: orang-orang Sumatra keras dan kasar, padahal tidak semua orang-orang Sumatra seperti itu, tetapi tetap saja beranggapan demikian.
b.            Skema bisa memberi efek pemenuhan harapan diri (self-fulfilling prophecy)
Skema bisa memberi efek pemenuhan harapan diri (self-fulfilling prophecy),yakni bagaimana keyakinan membentuk realita. Ramalan yang membuat ramalah itu sendiri benar-benar terjadi. Contoh: penelitian Rosenthal dan Jacobson. Pada awalnya, guru diberitahu bahwa murid-muridnya memiliki IQ yang tinggi dan akan berkembang pesat secara akademik. Akhirnya guru memberi tugas-tugas yang lebih menantang, banyak memberikan umpan balik, guru bertindak dengan cara yang menguntungkan siswa, dan akhirnya siswa benar-benar menjadi seperti yang diharapkan.

2.3     Heuristik dan Pemrosesan Otomatis
2.3.1 Pengertian Heuristik
Heuristik  adalah aturan sederhana dalam membuat keputusan atau menyusun kesimpulan dalam waktu cepat dan tanpa usaha yang berarti. . Heuristik lebih pada sekedar kemudahan berpikir subjektif di mana informasi yang relevanlah yang langsung teringat.

2.3.2  Macam-macam Heuristik
Dalam dunia psikologi terdapat dua macam heuristic, yaitu:
a.             Ketersediaan (availability heuristic)
         Kecenderungan orang untuk mendasarkan penilaian mereka pada informasi yang sudah tersedia untuk mereka. Hal ini berarti, semakin mudah informasi ditangkap dan diingat, maka semakin besar pengaruhnya bagi seseorang untuk mengambil keputusan.
Contoh : Banyak orang merasa lebih takut tewas kecelakaan pesawat daripada kecelakaan di darat. Hal ini karena fakta bahwa kecelakaan pesawat jauh lebih dramatis dan menyedot lebih banyak perhatian media. Akibatnya, kecelakaan pesawat lebih mudah terpikir sehingga berpengaruh lebih kuat dalam penilaian individu.
b.            Keterwakilan (representative heuristic)
         Kecenderungan orang yang menilai suatu kejadian dengan mencocokkannya pada kejadian yang sebelumnya ada. Maka heuristic keterwakilan adalah sebuah strategi untuk membuat penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau peristiwa tersebut mempunyai kemiripan dengan stimuli atau kategori yang lain. Dengan kata lain, kita menilai berdasarkan: semakin mirip seseorang dengan ciri-ciri khas orang-orang dari suatu kelompok, semakin mungkin ia merupakan bagian dari kelompok tersebut.
Contoh :Jika melihat seseorang berpenampilan rapi, menggunakan sorban, berbaju koko dan berbicara santun. Maka kita akan berpikiran bahwa individu tersebut adalah guru ngaji/ustad.

2.4        Kesalahan-kesalahan dalam Kognisi Sosial
a.             Bias Negativitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan informasi negative akan menonjol dalam ingatan kita dan karenanya debandingkan dengan informasi yang positif, satu informasi yang negative akan memberikan pengaruh yang lebih kuat. Hal inilah yang disebut sebagai bias negativitas (negativity bias) yaitu hal yang mengacu pada fakta bahwa kita menunjukkan sensitivitas yang lebih besar pada informasi negatif daripada informasi positif (Kunda, 1999 dalam Baron & Byrne, 2004:91). Sebagai contoh ketika sedang tertarik dengan seseorang, maka Anda memperoleh informasi bahwa orang tersebut menyenangkan, baik, pintar, ramah, sangat menarik secara fisik dan seterusnya. Namun ada satu informasi negatif yaitu bahwa dia sangat pemilih dalam berteman. Maka kemungkinan informasi inilah yang melekat dalam ingatan, membayangkan betapa orang tersebut sombong, hanya mau berteman dengan orang kaya, dan lain-lainnya. Mengapa hal ini dapat terjadi? Hal ini dapat dipahami dan perspektif evolusi bahwa kita memiliki sensitivitas terhadap perubahan di lingkungan sekitar kita yang dapat mengancam keselamatan atau kesejahteraan kita, sehingga kita memberikan respons yang cepat terhadap hal ini. Misalnya kemampuan mengenali ekspresi wajah orang lain, dimana kita cepat mendeteksi ekspresi wajah yang negative (misalnya yang menunjukkan kemarahan dan permusuhan) daripada ekspresi wajah yang positif (misalnya yang menunjukkan keramahan).
b.            Bias Optimistik (Optimistic Bias)
Bias optimistik adalah predisposisi kita untuk mengharapkan agar segala sesuatu berjalan dengan baik (Baron&Byrne, 2004:93). Sebagai contohnya kebanyakan orang percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar dari orang lain untuk mengalami peristiwa yang positif dan kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami .peristiwa negatif. Misalnya kebanyakan orang percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar dari orang lain untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, memiliki keluarga yang bahagia, hidup hingga usia tua dan seterusnya. Di sisi lain terdapat hal yang disebut sebagai kesalahan perencanaan (planning fallacy) yaitu kecenderungan untuk membuat prediksi optimistik berkaitan dengan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas, kecenderungan kita untuk percaya bahwa kita dapat melakukan lebih banyak hal atau pekerjaan, dalam satu periode waktu daripada yang sebenarnya bisa kita lakukan. Misalnya kita seringkali merasa dapat menyelesaikan tugas-tugas dan beberapa mata kuliah dalam waktu satu minggu, sehingga kita menunda penyelesaian tugas ketika waktunya masih lebih dari seminggu. Ternyata tugas-tugas tersebut tidak dapat selesai dalam waktu seminggu dan kita tidak mengantisipasi kalau misalnya buku-buku untuk penyelesaian tugas tidak bisa kita peroleh, komputer kita mengalami kerusakan, printer kita tidak berfungsi, dan seterusnya. Akibatnya tugas tidak terselesaikan dan kita memperoleh nilai yang kurang baik di mata kuliah tersebut.
c.             Pemikiran Konterfaktual (Counterfactual Thinking)
Pemikiran tentang apa yang akan terjadi seandainya-dikenal dalam psikologi sosial sebagai pemikiran konterfaktual (counterfactual thinking)- muncul dalam berbagai situasi, tidak hanya pada situasi yang mengecewakan. Pemikiran konterfaktual adalah kecenderungan untuk membayangkan hasil yang lain daripada yang sesungguhnya terjadi dalam suatu situasi- berpikir tentang "apa yang terjadi seandainya...". Misalnya kita sakit flu, padahal seharusnya ada banyak tugas yang hams kita kerjakan, ada acara reuni dengan teman, menonton sepakbola dengan teman-teman, dan seterusnya. Maka kita akan berpikir "seandainya tidak sakit flu maka saya bisa menyelesaikan seluruh tugas, menghadiri acara reuni yang menyenangkan dan menonton acara sepakbola yang sera bersama teman-teman". Kemudian karena pengalaman ini kita menjadi lebih menjaga kesehatan kita di kemudian hari dengan menjaga pola makan, beristirahat yang cukup, dan lain-lain supaya tidak gampang sakit.
Berpikir dengan meninjau kembali bisa melibatkan bayangan mengenai kemungkinan yang lebih baik (upward counterfactuals) atau kemungkinan yang lebih buruk (downward counterfactuals). Misalnya kita mengalami kecelakaan namun lukanya tidak terlalu parah meskipun mobil kita rusak berat. Maka kita membayangkan seandainya kita tidak beruntung, mungkin saja luka kita lebih parah atau terjadi hal terburuk lainnya.
d.            Pemikiran Magis (Magical Thinking)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai manusia kita cukup rentan terhadap pemikiran magis (magical thinking). Pemikiran seperti itu menimbulkan asumsi yang tidak berpegang pada rasionalitas namun terasa kuat pengaruhnya. Pemikiran magis adalah berpikir dengan melibatkan asumsi yang tidak berdasarkan alasan yang rasional, misalnya keyakinan bahwa sesuatu yang mirip satu sama lainnya berasal dan sumber yang sama (Rozin & Nemeroff, 1990 dalam Baron & Byrne, 2004:99-100). Salah satu prinsip dalam pemikiran magis adalah hukum penularan (law of contagion) yang menyatakan bahwa ketika dua obyek bersentuhan, masing-masing memberikan miliknya, dan pengaruh sentuhan tersebut terasa jauh lebih lama walaupun prosesnya telah lama berakhir.
e.             Menekan Pikiran (Thought Suppression)
Pada waktu tertentu, setiap orang pemah mencoba untuk menekan pikiran tertentu untuk mencegahnya masuk dalam kesadaran. Misalnya orang yang sedang diet mungkin mencoba menghindari berbagai pikiran tentang makanan lezat, orang yang sedang ingin berhenti merokok menghindari pikiran tentang kenikmatan merokok, dan sebagainya. Hal ini disebut sebagai menekan pikiran (thought suppression) yaitu usaha untuk mencegah pikiran tertentu memasuki alam kesadaran. Menurut Daniel Wegner (dalam Baron & Byrne, 2004:100-102) usaha-usaha untuk menyimpan pikiran tertentu di luar kesadaranmelibatkan dua komponen. Pertama adanya sebuah proses pemantauan yang otomatis mencari tanda-tanda adanya pemikiran yang tidak diinginkan yang memaksa untuk muncul ke alam kesadarannya. Ketika proses tersebut terdeteksi oleh proses pertama, maka proses kedua yang menuntut lebih banyak usaha dan tidak seotomatis proses pertama (lebih terkontrol), mulai bekerja. Secara umum orang menekan pikiran guna mempengaruhi pikiran dan perilaku mereka sendiri. Contohnya, jika kita tidak ingin merasa marah, yang terbaik adalah tidak berpikir tentang peristiwa yang menyebabkan kita merasa marah kepada orang lain
2.5        Afek dan Kognisi Sosial
Bahwa perasaan membentuk atau mempengaruhi fikiran dan fikiran akan membentuk perasaan. Begitu pula dengan perasaan dan suasana hati, memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa aspek kognisi ataupun sebaliknya. Suasana hati saat ini dapat secara kuat mempengaruhi reaksi kita terhadap rangsang yang pertama kali kita temui. Contoh : ketika suasana hati sedang bergembira, dan berkenalan dengan orang lain, penilaian kita terhadap orang tersebut akan lebih baik dibanding ketika kita berkenalan dengan suasana hati yang sedang bersedih.
Kognisi juga dapat mempengaruhi afeksi. Seperti yang dijelaskan dalam teori dua fator (Schater : 1964) yang menjelaskan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan atau sikap kita sendiri. Sehingga kita menyimpulkannya dari lingkungan. Dari situasi dimana kita mengalami reaksi internal ini. Contoh: ketika kita mengalami perasaan tertentu atas kehadiran seseorang yang menarik, kita menyimpulkan bahwa kita sedang jatuh cinta. Selain itu, kognisi bisa mempengaruhi emosi melalui aktivitas skema yang di dalamnya terdapat komponen afektif yang kuat. Selain itu, fikiran bisa mempengaruhi afeksi yang melibatkan kita dalam mengatur emosi kita.
2.5.1 Pengaruh Afek pada Kognisi
a.             Afeksi mempengaruhi persepsi terhadap  peristiwa yang ambigu. Misal dalam suatu wawancara, dalam afeksi positif orang akan memberikan nilai lebih tinggi
b.            Mood positif membuat orang menjadi lebih kreatif.
c.             Afeksi baik positif maupun negatif akan mempengaruhi memori.
1)            Mood-dependent memory (Suasana hati)
Mood-dependent memory (Suasana hati), yaitu apa yang kita ingat saat berada dalam suasana hati tertentu, sebagian besar ditentukan oleh apa yang kita pelajari sebelumnya ketika kita berada dalam suasana hati tersebut.
2)            Mood-congruence effects (Efek kesesuaian suasana hati)
3)            Mood-congruence effects (Efek kesesuaian suasana hati)
Mood-congruence effects (Efek kesesuaian suasana hati), yaitu kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif ketika berada dalam suasana hati positif dan informasi negattif ketika berada dalam suasana hati yang negative.
2.5.2  Efek Suasana Hati terhadap Kognisi
1)            Penelitian Alice Isen (1970): Partisipan (guru) yang diberitahu bahwa mereka mengerjakan tugas dengan sangat baik (mood positif) menunjukkan perilaku menolong lebih tinggi (memberi sumbangan) daripada partisipan yang diberitahu bahwa mereka mengerjakan tugas dengan sangat buruk.
2)            Baron (1997a) baru harum di pusat perbelanjaan meningkatkan kesediaan untuk membantu orang yang tidak dikenal.
2.5.3 Pengaruh Kogintif terhadap Afeksi
a.             Reaksi internal (perasaan) yang bersifat meragukan perlu dilengkapi dengan mencari informasi eksternal.
b.            Orang itu memiliki skema yang akan mempengaruhi afeksi kita. Apa yang ada dalam pikiran kita mempengaruhi perasaan kita.
c.             Interpretasi dan penilaian terhadap suatu kejadian akan menentukan perasaan kita. Misal: laki-laki ditabrak perempuan cantik, akan berbeda jika yang menabrak sama-sama laki-laki.
d.            Karena kita memiliki harapan tertentu. Misal membeli tiket, mencari daftar nama penumpang di sebelahnya, ada nama menarik timbul perasaan senang
e.             Karena faktor situasi. Ada situasi tertentu yang dapat menekan pikiran tertentu sehingga seseorang mempunyai perasaan tertentu pula. Misal dalam situasi berkabung.



[1]Shelley E. Taylor,Letitia Anne Peplau, David O Sears,Psikologi sosial, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) hal. 89.
[2]Ikhwan luthfi, Gazi Saloom, Hamdan Yasun, Psikologi Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009) hal. 22.
[3]Shelley E. Taylor, Letitia Anne Peplau, David O Sears, Op.cit., hlm
[4]Ibid, hal 33



BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Kognisi sosial adalah studi tentang bagaimana orang menarik kesimpulan atau inferensi dari informasi sosial yang ada di lingkungan. Riset tentang kognisi sosial membahas tentang bagaimana orang membuat penilaian sosial tentang individu atau kelompok sosial lain tentang peran sosial, dan tentang pengalaman mereka sendiri dalam setting sosial.Menurut Baron dan Byrne, kognisi sosial adalah tata cara kita dalam menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia sosial.Dalam menganalisa peristiwa, terdapat tiga proses yaitu.Attention, Enconding, Retrieval. Terdapat beberapa bahasan dalam Kognisi Sosial, diantaranya yakni, Skema, Heuristik dan pemrosesan otomatis, kesalahan-kesalahan dalam Kognisi sosial, serta afek dan kognisi.













DAFTAR PUSTAKA
Taylor, Shelley E. Letitia Anne Peplau dan David O Sears.2009. Psikologi sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Luthfi,Ikhwan. Gazi Saloom dan Hamdan Yasun. 2009.Psikologi Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Dayakisni, Tri dan Hunadiah.Psikologi Sosial. 2009. Malang: UMM Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar